#koreautara #amerika #amerikaserikat #nuklir
Pada suatu hari di Michigan, suasana kampanye Donald Trump penuh semangat. Di hadapan para pendukungnya yang antusias, dia tidak hanya berbicara tentang kebijakan dan prestasinya sebagai Presiden Amerika Serikat, tetapi juga membanggakan persahabatannya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Dengan suara lantang, Trump mengumumkan betapa dekatnya hubungan mereka. "Kita bisa akrab bersama, itu adalah hal baik, bukan hal buruk," ujarnya dengan percaya diri. Dia menceritakan bagaimana dia sering menasihati Kim Jong-un untuk tidak terlalu ambisius dengan senjata nuklir. "Rileks saja, tenang saja," katanya, sambil menambahkan, "Ayo nonton baseball, saya akan tunjukkan bagaimana baseball itu. Kami akan menyaksikan Yankee."
Para pendukungnya bertepuk tangan riuh saat Trump melanjutkan ceritanya, memuji kepemimpinan Kim Jong-un sebagai "sangat hebat" dan memiliki "visi indah untuk negaranya." Meskipun kritik keras dari Human Rights Watch terhadap rezim Korea Utara, Trump tetap setia pada pendiriannya.
Cerita ini tidak hanya menjadi sorotan dalam kampanyenya, tetapi juga dipopulerkan dalam pidatonya di Konvensi Nasional Republikan di Milwaukee, Wisconsin. Di sana, Trump kembali menegaskan bahwa dia dan Kim Jong-un memiliki ikatan yang kuat, bahkan menyebut bahwa Kim merindukan kehadirannya.
Saat mengakhiri narasinya, Trump mengingatkan pendukungnya tentang pertemuan bersejarah antara dirinya dan Kim Jong-un, di mana dia menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi Korea Utara pada tahun 2019. Meskipun kontroversi melingkupi kediktatoran Kim Jong-un, Trump terus mempertahankan pandangannya yang positif terhadap pemimpin Korea Utara itu.
Dengan karisma politiknya yang khas, Trump berhasil memikat pendukungnya dengan cerita persahabatannya yang tidak biasa dengan salah satu pemimpin paling kontroversial di dunia.